Hari
Batik 2 Oktober 2011
Ini adalah salah satu
momen penting diantara momen penting lainnya yang kerapkali diadakan saat hari
ahad di car free day (CFD) jalan
Slamet Riyadi Surakarta. Selain sebagai tempat olahraga masyarakat di
sekitarnya. CFD ini juga memberikan banyak manfaat bagi penggunanya. Selain
peragaan busana ada juga karaoke nasyid,
penampilan seni anak-anak SLB yang letaknya di Jalan Slamet Riyadi, olah raga, orang
bersepeda, jogging, naik becak mini, memotret, bahkan ada juga yang ngeceng.
Pokoknya aktivitas apapun bisa dilakukan sendiri-sendiri maupun berjamaah. Asal
tahu jadwal penutupan jalan aja, dari habis subuh (jam 6 ding) sampai jam 9
pagi. Karena jalan Slamet Riyadi biasa ditutup pada hari ahad untuk berolah
raga dan aktivitas positif masyarakat sekitar Solo.
Nah, tentang hari batik ini adalah
salah satu momen yang sedang berlangsung saat itu karena ada peringatan hari
Batik Nasional yang dicanangkan Presiden SBY. Dalam peragaan busana ini yang
ditampilkan adalah Batik yang diproduksi oleh Danar Hadi. Danar Hadi adalah
salah satu merek produsen batik terkemuka di negeri ini di antara beberapa
merek lainnya. Merek yang sudah ada dari jaman dulu kala ketika batik belum
menjadi tren seperti sekarang.
Batik yang diperagakan para model
dari Yayasan Putra-putri Solo ini merupakan batik yang modern yang bisa dipakai
dalam berbagai acara. Bisa untuk kondangan, santai, dan pakaian formal. Setelah
kuamat-amati kabanyakan yang ditapilkan adalah batik-batik kasual yang keren-keren.
Kualitas batik dan coraknya juga khas Danar Hadi banget.
Pada hari ini, batik sudah mendunia.
Dimana batik tidak lagi dianggap sebagai baju orang tua. Semua orang bisa
memakai batik mulai anak-anak, ABG, dewasa, sam pai orna tua. Batik sekarang sudah
menjadi tren zaman bidang fashion di
Indonesia bahkan dunia. Termasuk juga di Malaysia yang konon mempatenkan batik
sebagai kebudayaan mereka. Sekarang semua orang bisa memakai batik untuk situasi
apapun dari mulai baju santai, semi formal, dan baju formal. Untuk batik yang
berkualitas memang harganya mahal tidak salah dengan semboyan rega nggawa rupa . Urusan segmentasi
pasar tentu menjadi perhatian serius para produsen kerajinan batik tulis maupun
cetak.
Pensegmentasian konsumen yang ingin
dituju ini memang digarap lebih serius demi keberhasilan usaha batik yang
didirikan. Kita bisa lihat di Pasar Klewer, PGS, butik, dan tempat lain yang
menawarkan batik dengan kualitas yang beragam. Kualitas ini salah satunya
ditentukan oleh tinggi-rendahnya harga
jual produk bersangkutan serta target pasar yang ingin dituju. Selain
kualitas bahan, corak, dan harga tentunya. Ditambah lagi daya kreatifitas untuk
memanfaatkan batik menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi memang
memerlukan SDM yang terampil dan terlatih.
Oke, kembali ke CFD. Hmmm, waktu itu
aku ditemani Ukhti Dian Nurma ke CFD. Sehari sebelumnya kami berlima berangkat
ke Boyolali karena ada amanah yang harus ditunaikan. Tapi aku ke CFD-nya cuma
berdua ukhti Dian. Perjalanan Surakarta-Boyolali naik motor bolak-balik. Pagi
harinya aku diajak ke CFD, Alhamdulillah bisa jalan-jalan di ahad yang ceria.
Biasanya aku malas kemanapun kecuali ke Bulfat depan kampus. Saking exciting-nya ada peragaan busana aku
jepret-jepret model-model yang hilir mudik di depan mata. Cuma beberapa
jepretan sich, karena memori hp tidak cukup buat motret banyak-banyak.
Mungkin kalau lihat batik yang ada
di foto hasil jerpetanku ini kelihatan tidak ada yang istimewa. Jangan tertipu,
kamera yang kupakai memang beresolusi rendah maklum kamera hp SE K320i yang
setia menemani hari-hariku. Keadaan asli batik yang diperagakan model itu
bagus-bagus banget. Beneran, Subhanalloh. Aku saja sampai berdecak-decak
saking kagumnya.
Ada juga anak-anak SMK Negeri 1
Surakarta memamerkan karyanya, kayaknya mereka desainernya deh… bagus-bagus-bagus.
Pas menonton mereka jadi lumayan menginspirasi untuk membuat baju batik yang
unik dan enak dilihat dan kelihatan berkelas (apa coba?).
Di tengah-tengah acara ada kejutan,
bukan apa-apa sich tapi ya unik juga. Ada beberapa orang yang membagikan makanan
jajan pasar khas makanan Jawa. Ada semar mendem, klepon, kueku, dan lain-lain
(bener ga ya? jenis makanannya ini?). Aku tidak terlalu memperhatikan makanannya
macam apa saja. Karena pas hidangan itu melintas di depanku sudah tinggal
sedikit, hehe. Kalau ga salah aku ambil kueku. Lumayan mengganjal perut di pagi
hari.
Yang bikin aku lumayan senewen
sehabis makan, orang-orang pada seenaknya nyampah di sepanjang area “catwalk” itu. Benar-benar jadi kuotoor
beud. Jadi merusak pemandangan. Intermezzo, jadi ingat dulu pas kuliah D3 dari
BEM KM mengadakan gerakan “gomihiroi tai”
yang kalau diartikan dalam bahasa Jepang mungkin “Pasukan Pemungut Sampah” tapi
aku ga mudeng sosialisasinya karena pelaksanaannya tidak kolektif, melainkan
benar-benar kesadaran masing-masing mahasiswa yang mandiri. Harus dilakukan
oleh orang yang cinta lingkungan dengan locus
of control tinggi (duh, nyambung ga ya?). aku juga pernah ikut program itu,
hanya sosialisasinya melalui brosur(?) atau mungkin aku yang kurang gaul sama
anak BEM KM…tapi bagus juga. Top dah programnya…tidak tau juga aku soal
keberhasilan programnya. Wallohu a’lam
Ke Batik lagi. Soal batik, di
Indonesia hampir setiap kabupaten mempunyai corak khas batiknya sendiri. Ada batik
Solo, Batik Jogja, batik Cirebonan, Batik Gumelem Banjarnegara, Batik
Pekalongan, dan lain-lain. Jadi kalau diinventarisasikan semua corak batik di
Indonesia pasti bakal banyak banget batik yang bisa dipatenkan atas nama
Indonesia. Adakah hak paten atas nama Negara? (pertanyaan orang bodoh).
Kenangan di ahad
pagi, 2 Oktober 2011 bersama Ukhti Dian Nurma
kapan-kapan kita
jalan bareng lagi yak?
^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar