Senin, 19 Desember 2016

Bila Anak Susah Diatur

Satu atau dua tahun yang lalu, si kecil masih terlihat imut dan lucu. Setahun dan beberepa tahun berikutnya, mengapa ia berubah “nakal” dan susah diatur?
Jika kemauannya tidak dituruti, ia menangis dan mengamuk. Sekeranjang mainannya dilempar ke lantai hingga berantakan. Rumah jadi mirip kapal pecah. Kita sebagai orang tua akhirnya jadi gerah.
                Memiliki anak yang sedang dalam masa pertumbuhan memang memerlukan energi ekstra. Mereka terkadang sulit diberi nasihat dan susah dilarang bila akan melakukan sesuatu yang salah. Kelakuan mereka sering menjadikan stres orang tuanya. Namun jangan khawatir, anak-anak bisa berubah menjadi manis, bila kita mau mengubahnya secara perlahan-lahan.
                Bagaimana caranya?

  1. Broken Record. Apakah selama ini ayah dan bunda memilih untuk berteriak atau memerahi anak bila mereka mulai rewel karena keinginan mereka tidak dituruti? Atau ayah bunda selalu menuruti permintaan si anak karena tidak ingin mendengar tangisan mereka? Jika demikian, hal itu harus diubah. Ayah bunda perlu menerapkan cara “broken record”. Selama yang mereka minta bukanlah kebutuhan penting dan tidak perlu dituruti, ayanh bunda bisa menolaknya.     Ayah bunda harus kuat hati dan mengendalikan emosi bila mereka mulai marah atau rewel. Dengan begitu mereka akan belajar bahwa mereka tidak selamanya bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan cara menangis dan merengek kepada kedua orang tuanya. 
  2. Tunjukkan tekad kuat. Ketika dihadapkan dengan pertengkaran yang sulit dengan anak, orang tua harus menjaga tekad mereka sebagai orang tua. Ketika kita menyerah, walau tidak mengatakannya, anak-anak bisa mengetahui apakah mereka bisa menang atau tidak. Ayah bunda harus tetap konsisten bila sudah berkata tidak, dan tidak mudah luluh. Biarkan anak belajar bahwa orang tuanya menyayanginya tidak dengan cara selalu memberikan apa yang mereka minta.
  3.  Fokus pada perilaku positif. Ada beberapa anak yang rewel dan susah diatur hanya karena mereka mencari perhatian dari kedua orang tuanya. Orang tua harus memahami kenapa nak bersikap tidak menyenangkan dan susah diatur. Berikan perhatian kepada anak tanpa membuat mereka merasa bahwa mereka bisa meminta apa saja karena sudah mendapat perhatian lebih dari orang tuanya.
  4.  Hindari mengukur cara berpikir anak dengan pola pikir kita. Anak adalah anak. Ia akan tetap anak dengan dunianya sendiri. Haruskah mereka kita paksa untuk mengikuti gaya hidup kita? Wajarkah mereka kita tekan agar bisa memahami kemauan orang tua? Jawabnya, mungkin, tapi caranya harus sesuai dengan tingkat berpikir anak. Sungguh aneh jika anak kecil kita paksakan untuk bisa berpikir dan berperilaku seperti kita yang sudah dewasa dan kaya pengalaman.
                Intimidasi kita bisa berakibat buruk pada tumbuh kembang mereka. Trauma masa kecil tak akan mudah hilang dari ingatan mereka, bahkan bisa menghancurkan masa depannya. Oleh sebab itu, kita harus bijak menghadapi tingkah laku anak-anak kita yang tergolong “nakal”.
                Anak yang aktif sebenarnya justru merupakan indikasi bahwa otak mereka hebat. Ia tak ingin bertingkah biasa-biasa saja. Ia justru haus tantangan dan ingin memperoleh pengalaman baru. Tutur kata yang lembut akan membuat anak tetap nyaman menikmati dunianya. Bolehlah kita sekali-sekali kita bertindak tegas kepada anak jika perilaku anak sudah dianggap kelewatan. Pemanjaan berlebihan juga bukan pilihan bijak. Ibaratnya kita sedang bermain layang-layang, sikap kita kepada anak kadangkala perlu sedikit keras namun harus segera dibarengi dengan sikap penuh kasih sayang.

Dari berbagai sumber

Majalah sakinah No.43 edisi November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar