Minggu, 02 Desember 2012

Atasi Rasa Takutmu


Takut bukan hal yang buruk, Alloh menciptakan rasa takut bagi manusia pasti mengandung hikmah. Dalam beberapa kasus rasa takut muncul sebagai tanda peringatan awal yang akan melindungi kita. Misalnya, takut kepada azab Allah pasti akan membuat kita semakin taat beribadah, takut tidak lulus ujian pasti akan membuat kita belajar lebih keras lagi.

Akan tetapi, ada perbedaan besar antara takut yang sehat yang dapat membuat kita terhindar dari ujung jurang dan takut yang menjauhkan kita dari kehidupan. Rasa takut yang tidak proporsional akan membuat kita tidak bisa beranjak kemana-mana, takut meyakinkan kita tidak akan pernah bisa menggapai mimpi, membuat kita berdiam, bahkan memisahkan kita dari orang yang dicintai. Rasa takut akan membelenggu kemampuan mengembangkan diri dan membatasi apa yang ingin kita coba. Apapun bentuk ketakutan tersebut – takut gagal, takut penolakan, takut kehilangan, atau takut-takut lainnya.

Intinya, takut membut kehidupanmu terasa sempit. Misalnya, takut salah. Kamu jadi penakut karena terbiasa sejak kecil untuk tidak melakukan kesalahan. Nah, ini dia. Takut salah bisa membuatmu tidak maju, karena kamu tidak bisa mencoba sesuatu yang baru. Kesalahan bukan akhir hidup kita. Kesalahan sebenarnya hanya merupakan langkah menuju keberhasilan. Para ilmuwan saja melakukan kesalahan sebelum akhirnya berhasil menemukan karya yang hebat.

Kita bisa berubah. Hapus segala macam penghalang yang membuatmu seperti mati kutu, alias nggak punya nyali untuk berbuat sesuatu yang lebih bagus. Remaja sukses adalah mereka yang memiliki kapasitas untuk mengatasi dan melalui ketakutan. Mengelola rasa takut tidak bisa dilakukan dalam semalam, perlu proses, waktu, tindakan yang konsisten, dan komunikasi dalam mengelola rasa takut.

Berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menghadapi rasa takut.
  •  “Berbagi ketakutan”. Maksudnya tentu bukan menakut-nakuti orang lain, melainkan ajaklah sahabat, saudara, orang tua, atau siapa pun yang dapat membantu. Pokoknya, carilah orang yang kamu percaya untuk membantu.
  • Buat struktur. Sebenarnya apa yang mrnjadi penyebab rasa takutmu? Setelah diketahui, buatlah struktur dan pemetaan masalahnya. Struktur dapat memberimu rasa aman karena kamu tahu apa yang dihadapi dan diharapkan. Jika kamu bisa mengontrol apa yang dapat kamu control, ini akan memberikan tempat awal untuk menghadapi sesuatu yang tidak terkontrol.
  •  Belajar teknik relaksasi.  Takut berakibat pada masalah kesehatan secara serius. Jika rasa takut sudah mulai berpengaruh pada kesehatan, pelajari beberapa tknik relaksasi yang  dapat membantumu agar siap menghadapi tantangan.
  • Tingkatkan ibadah. Peningkatan kualitas ibadah akan memberikan kita merasa aman, nyaman, dan yang lebih penting memberikanmu alas an untuk berharap.
  • Hadapi rasa takut tersebut. Langkah terakhir adalah menghadapi rasa takut itu sendiri. Inilah penangkal rasa takut terbaik. Selama itu aman bagi keselamatan jiwamu, lakukan saja. Kamu takut mengikuti arung jeram, karena menurut dokter yang merawatmu kondisi jantungmu tidak sehat, maka jangan dilakukan karena berhubungan dengan keselamatanmu. Kamu takut mengikuti arung jeram. Padahal, kamu sehat, fisikmu kuat, peralatan keselamatan lengkap, instruktur mendampingi, dan kamu ingin tapi kamu takut. Coba saja. Hadapi! Penting dicatat bahwa beberapa rasa takut karena beberapa situasi harus dihindari bagi keamanan pribadi. Tidak ada penghargaan pahlawan bagi yang menantang situasi yang mengancam pribadi.


Sumber : Deny Riana. 2008. 99 Ideas for Happy Teens. Zip Books : Bandung

Senin, 05 November 2012

The Other Side

Ada rasa yang menggumpal-gumpal di dada ini.
Entah apa namanya
Ada takut yang menyemburat
Ada malu yang tersipu
Tapi juga ada seberkas bahagia
Benar-benar aneh
Membuat tidak nyaman

Padahal...
Whaduh, gimana ya membahasakannya
Aku perlu metafor yang baik untuk mengisahkannya
Kalau belum bisa metafornya berarti aku belum siap mengungkapnya

Karena aku telah melukai diri sendiri
Yang berujung pada rasa takut
Yang sangat aneh kurasakan

Padahal, aku ga ketemu hantu
Mungkin ketemu hantu pun ga bakal
Setakut ini

Selasa, 04 September 2012

Seuntai Kata

Setelah beberapa bulan tidak pulang juga. Dari akhir Maret dan baru pulang pas Agustusan. Sekalian mudik lebaran. Sampai sekarang aku malah masih di rumah.

Sabtu, 31 Maret 2012

Adik Remajaku


by Raihan
Teguhmu membangun ummah
Pendirianmu membela maruah
Tafakurmu mendamba hidayah
Dikaulah remaja yang sempurna

Usia mudamu hanya sekali
Penuhilah ia dengan berbakti
Ajaran Rasul hendaklah diikuti
Perintah Alloh wajib dipatuhi

Perjalananmu masih jauh
Wahai adikku, aturlah langkah
Gunalah kelebihan yang ada
Demi keagungan agama dan bangsa

Reff:
Bersyukurlah atas rahmat-Nya
Bersabarlah dengan dugaan-Nya
Bertakwalah dirimu kepada-Nya
Pahala berganda ganjarannya
Andai nafsu dapat kau tahan
Tangisanmu hanya kerana Tuhan
Hatimu terpaut pada rumah-Nya
Nikmat surga akan kau rasa

BLIGO


          Asli, ini kedua kalinya aku ngeliat buah Bligo. Pertama, pas ada acara expo UKM di auditorium kampusku sebulan lalu yang salah satu stannya majang buah Bligo. Aku masih inget, ya stannya Gizi cosmetics. Di stan itu emang lagi bagi2 produk gratis, syaratnya pengunjung ngisi identitasnya di buku tamu yang disediakan lalu dapet deh krim Gizi. Aku malah cuma lewat doang soalnya lagi buru-buru, dengan tatapan tertakjub pada buah Bligo besar di meja. Aku cuma berhenti agak lama di stan es jamur Ling Zhi, aneh kan? Jamur kok dibikin es. Ya, begitulah dunia wirausaha. Out of the box banget, aku sih ga heran. Udah terbiasa dengan ide-ide liar ga ketulungan (ngakunya, hehe…) 

Pengalaman kedua aku ngeliat buah ini adalah pengalaman yang paling seru karena buah ini bisa diapa-apain melalui berbagai versi. Tahu ga, dari kecil aku tuh sering denger cerita seru ibu yang zaman dulu pernah juga masak buah Bligo itu. Akhirnya baru kali ini aku mengolahnya, Alhamdulillaah. Hampir kesampaian juga makan buah Bligo (tatapan bling-bling, berbinar-binar…plis deh).

            Kisahnya berawal dari Paklik Warto yang ngebawain tuh buah ke rumahku karena beliau punya pohonnya (ya iyalah). Langsung aja tuh buah kufoto-foto sebentar. Proses selanjutnya, buah Bligo mengalami tahap pengupasan, Lik Warto yang ngupasin. Sambil tertakjub-takjub karena baru pertama membelah-belah buah ini, kumakan sepotong kecil. Enak, adem berair kayak timun cuma lebih padat dan renyah. Ada aroma khas yang enak diindra penciuman juga, kalau aku bilang buah ini wangi. Ajiip dah… Aku suka wangi buah Bligo :D

            Buah Bligo yang kuamati warna kulit luarnya hijau dan agak berbintik-bintik putih. Kalau sudah tua warnanya berubah kuning. Seperti pada labu-labu lainnya. Hanya istimewanya, buah ini sudah ‘meracuni’ otak kanak2ku melalui cerita ibu yang seru abis. Betapa enak dan tak terlupakannya buah itu buat ibuku. Wujudnya kayak gini nih, si buah Bligo itu. Simak ya… 

            Ini dia buahnya, dilihat dari berbagai versi. Yang ini versi berdiri, hehe..





Kalau ini versi rebah, versi kedua dalam kuriositasku yang menggila. Halah…






Ini versi separo, pasca kupas. Lihat deh, biji-bijinya yang masih muda. Ini lagi enak-enaknya disayur kata Pak Likku, kalau sudah tua daging buah jadi keras yang akhirnya dibuang buat pakan ikan di kolam. 






Nhah, ini dia versi terakhir dari sekuel buah Bligo. Hehe…
Versi tumis Bligo, sedap deh. Dengan aroma khasnya yang masih berasa di lidah.
Yummy, mau coba?





                   Kenangan di Adipasir yang damai pada 19 Maret 2012
Di satu siang pasca ambil KTP baru di kantor kecamatan Rakit.

Kampung Waerebo, Setelah Mendunia Lalu Menusantara






Oleh : Arbain Rambey

          Saat “ditemukan” oleh sekelompok arsitek Indonesia, Yori Antar dkk, agustus 2008, desa Waerebo bagai barang asing di negeri sendiri. Saat itu, mereka tertarik pada sebuah foto di internet yang menggambarkan sebuah desa dengan rumah berbentuk kerucut. Menakjubkan lagi, desa dalam foto itu berada di wilayah Indonesia, tepatnya di Pulau Flores.
          Namun, saat itu siapa kenal Waerebo yang terletak di kecamatan satar mese barat, manggarai, nusa tenggara timur, ini? Sampai tulisan ini diturunkan pun, banyak warga kecamatan satar mese barat yang belum tahu keberadaan waerebo.
          “Saat kami sudah tiba di pulau flores pun, semua yang kami tanyai tak ada yang tahu tentang Waerebo,” ujar Yori.
          Titik terang didapat kelompok arsitekyang senang pada rumah tradisional nusantara itu. Di sebuah warung makan, mereka melihat foto waerebo di dinding. Dari pemilik rumah makan, Yori dan kawan-kawan akhirnya bertemu dengan beberapa orang, seperti martinus anggo dan blasius monta (keduanya berasal dari waerebo), yang bisa membawa mereka menginjakkan kaki di waerebo.
          Apa kejutan setelah tiba di Waerebo? Dalam buku tamu yang ditunjukkan Blasius monta terlihat bahwa sejak 2002, Waerebo sudah rutin dikunjungi turis dan peneliti mancanegara. Dari total 480 orang yang tercatat mengunjungi Waerebo sampai 2009, hanya Sembilan orang dari Indonesia, yaitu Yori dan kawan-kawan. Lainnya datang dari perancis, Inggris, Belanda, Ceko, dan Negara-negara Eropa lain, Amerika Serikat, Taiwan, serta Jepang. Bisa dikatakan, Waerebo sudah mendunia sebelum dikenal orang Indonesia.
Terpencil
          Kalau Waerebo cukup terlupakan dip eta pariwisata dan budaya Indonesia, itu bisa dimaklumi sebab letak Waerebo sungguh terpencil dan sulit dicapai. Kalau anda akan mengunjungi Waerebo, hal pertama yang harus dilakukan adalah tiba terlebih dahulu di Labuan Bajo di ujung barat pulau flores. Dari denpasar, Bali, dalam sehari ada beberapa penerbangan langsung ke Labuan Bajo yang merupakan pintu masuk sebelum mengunjungi Pulau Komodo itu.
          Dari Labuan Bajo, anda masih harus naik kendaraan selama lima jam menuju Dintor di pantai yang menghadap ke pulau mules di selatan flores. Sekadar informasi, jalan dari Labuan Bajo ke Dintor adalah jalan aspal yang tak cukup untuk papas an dua mobil. Untunglah dalam perjalanan dua jam itu, mobil kami jarang bertemu mobil lain.
          Sampai di Dintor, anda bermalam untuk keesokan harinya naik kendaraan bermotor lagi selama sekitar satu jam menuju Denge. Dari denge, anda bisa mencapai Waerebo setelah berjalan kaki naik gunung selama sekitar empat jam.
          Pada zaman serba mudah saat ini, mencapai Waerebo begitu sulit. Saat orang kota kewalahan dengan kemacetan, perjalanan ke Waerebo bisa membuat kita seakan hidup di planet yang jarang penghuninya.
          Namun, mengapa Waerebo begitu menarik?
          Dari segi penampilan, Waerebo memang sangat “kartu pos”. terlatak di antara puncak-puncak gunung dengan pemandangan sangat indah, rumah-rumah di Waerebo begitu unik untuk melengkapi lanskap yang sudah luar biasa itu.
          Pertanyaan yang kemudian layak mengemuka, mengapa nenek moyang warga Waerebo memilih tempat tinggal begitu tinggi dan jauh dari desa sekitar? Walau umur pasti Waerebo tidak diketahui, diperkirakan tempat itu sudah dihuni selama ratusan tahun.
Kearifan Lokal
          Professor gunawan Tjahjono, Guru Besar Arsitektur dari UI, menulis tentang Waerebo di buku Pesan dari waerebo dengan kutipan yang kira-kira menekankan kedekatan pendiri Waerebo dengan alam yang akhirnya membawa mereka menuju kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.
          “Pemahaman akan kebutuhan bersahabat dengan alam  itu bagi masyarakat perlu diturunkan kepada generasi berikutnya sejauh pengalaman cara berhubungannya pernah membuahkan hasil gemilang yang membahagiakan semua anggota,” demikian sebagian kutipan tulisan Gunawan.
          Kenyataannya masyarakat Waerebo memang jauh dari kekerasan. Melihat tata letak rumah-rumah mereka, jelas terlihat mereka tidak pernah terlibat peperangan dengan siapapun. Ini berbeda dengan banyak desa tradisional lain di Indonesia yang tampak jelas mempunyai pola pertahanan. Selain itu, masyarakat Waerebo juga tak mengenal senjata selain alat-alat pertanian. Masyarakat Waerebo “mengasingkan diri” bukan utnuk mneghindari musuh, melainkan untuk mendekatkan diri kea lam.
          Masyarakat tanpa kekerasan di Waerebo tercermin dari wajah-wajah ramah dan tak pernah curiga terhadap pendatang.
          Bahakan tradisi adu cambuk bernama caci yang mereka lakukan pun jauh dari kekerasan. Walau berhadap-hadapan dan saling menyerang denagn cambuk rotan, kedua pihat yang berhadapan tak pernah menampilkan ketegangan. Derai tawa selalu mengiringi adu cambuk yang kadang diwarnai darah mengalir dari luka terkena cambuk itu. Adu cambuk caci semata olahraga kompetisi yang melombakan ketangkasan gerak.
          Dari segi budaya pula, Waerebo adalah rekaman utuh adat budaya manggarai yang saat ini meliputi wilayah tiga kabupaten : Manggarai, Manggarai Barat, dan manggarai Timur. Dahulu semua rumah di daerah ini berbentuk kerucut seperti yang ada di Waerebo. Namun, secara perlahan, rumah-rumah tradisional itu punah digantikan rumah “generik” seperti yang kita jumpai dimana-mana di Indonesia: berbentuk persegi, berdinding papan, dan beratap seng.
          Di Waerebo setidaknya pada 2008, masih terdapat empat rumah adat asli Manggarai. Kini, dengan kerjasama banyak pihak, Waerebo memiliki kembali tujuh rumah adat seperti yang pernah diturunkan leluhur Waerebo.
          Proses menjadi lengkap tujuh melibatkan banyak pihak di Indonesia yang merasa ikut memilikinya. Beberapa pengusaha melupakan ambisi pribadi, bergotong-royong mengembalikan Waerebo ke pentas aslinya.



Sumber : KOMPAS, Sabtu, 25 Juni 2011 


Foto diambil dari www.google.com