Satu atau dua tahun yang lalu, si
kecil masih terlihat imut dan lucu. Setahun dan beberepa tahun berikutnya,
mengapa ia berubah “nakal” dan susah diatur?
Jika kemauannya tidak dituruti,
ia menangis dan mengamuk. Sekeranjang mainannya dilempar ke lantai hingga
berantakan. Rumah jadi mirip kapal pecah. Kita sebagai orang tua akhirnya jadi
gerah.
Memiliki
anak yang sedang dalam masa pertumbuhan memang memerlukan energi ekstra. Mereka
terkadang sulit diberi nasihat dan susah dilarang bila akan melakukan sesuatu
yang salah. Kelakuan mereka sering menjadikan stres orang tuanya. Namun jangan
khawatir, anak-anak bisa berubah menjadi manis, bila kita mau mengubahnya
secara perlahan-lahan.
Bagaimana
caranya?
- Broken
Record. Apakah selama
ini ayah dan bunda memilih untuk berteriak atau memerahi anak bila mereka mulai
rewel karena keinginan mereka tidak dituruti? Atau ayah bunda selalu menuruti
permintaan si anak karena tidak ingin mendengar tangisan mereka? Jika demikian,
hal itu harus diubah. Ayah bunda perlu menerapkan cara “broken record”. Selama
yang mereka minta bukanlah kebutuhan penting dan tidak perlu dituruti, ayanh
bunda bisa menolaknya. Ayah bunda harus kuat hati dan
mengendalikan emosi bila mereka mulai marah atau rewel. Dengan begitu mereka
akan belajar bahwa mereka tidak selamanya bisa mendapatkan apa yang mereka
inginkan dengan cara menangis dan merengek kepada kedua orang tuanya.
- Tunjukkan
tekad kuat. Ketika
dihadapkan dengan pertengkaran yang sulit dengan anak, orang tua harus menjaga
tekad mereka sebagai orang tua. Ketika kita menyerah, walau tidak
mengatakannya, anak-anak bisa mengetahui apakah mereka bisa menang atau tidak.
Ayah bunda harus tetap konsisten bila sudah berkata tidak, dan tidak mudah
luluh. Biarkan anak belajar bahwa orang tuanya menyayanginya tidak dengan cara
selalu memberikan apa yang mereka minta.
- Fokus
pada perilaku positif. Ada beberapa
anak yang rewel dan susah diatur hanya karena mereka mencari perhatian dari
kedua orang tuanya. Orang tua harus memahami kenapa nak bersikap tidak
menyenangkan dan susah diatur. Berikan perhatian kepada anak tanpa membuat
mereka merasa bahwa mereka bisa meminta apa saja karena sudah mendapat
perhatian lebih dari orang tuanya.
- Hindari
mengukur cara berpikir anak dengan pola pikir kita. Anak adalah
anak. Ia akan tetap anak dengan dunianya sendiri. Haruskah mereka kita paksa
untuk mengikuti gaya hidup kita? Wajarkah mereka kita tekan agar bisa memahami
kemauan orang tua? Jawabnya, mungkin, tapi caranya harus sesuai dengan tingkat
berpikir anak. Sungguh aneh jika anak kecil kita paksakan untuk bisa berpikir
dan berperilaku seperti kita yang sudah dewasa dan kaya pengalaman.
Intimidasi kita bisa berakibat
buruk pada tumbuh kembang mereka. Trauma masa kecil tak akan mudah hilang dari
ingatan mereka, bahkan bisa menghancurkan masa depannya. Oleh sebab itu, kita
harus bijak menghadapi tingkah laku anak-anak kita yang tergolong “nakal”.
Anak yang aktif sebenarnya
justru merupakan indikasi bahwa otak mereka hebat. Ia tak ingin bertingkah
biasa-biasa saja. Ia justru haus tantangan dan ingin memperoleh pengalaman
baru. Tutur kata yang lembut akan membuat anak tetap nyaman menikmati dunianya.
Bolehlah kita sekali-sekali kita bertindak tegas kepada anak jika perilaku anak
sudah dianggap kelewatan. Pemanjaan berlebihan juga bukan pilihan bijak.
Ibaratnya kita sedang bermain layang-layang, sikap kita kepada anak kadangkala
perlu sedikit keras namun harus segera dibarengi dengan sikap penuh kasih
sayang.
Dari berbagai
sumber
Majalah sakinah No.43
edisi November 2013