Idul Adha atau Lebaran Haji merupakan
hari yang istimewa. Karena pasti akan ada sapi2 dan kambing2 yang dikorbankan.
Tahun ini kebagian daging juga walaupun belum korban sendiri. Daging yang
diterima lumayan banyak. Daripada kelamaan membeku di kulkas dan bosan dengan
menu olahan daging yang paling hanya digoreng. Maka dibuatlah bakso.
Mulailah
aku persiapkan daging yang akan digiling. Setelah siap dan kumasukkan ke tas
khusus buat belanja ke pasar, aku ke tempat penggilingan daging di pasar
Mandiraja. Diantar suami dan anakku ikut juga, daripada di rumah ga ada yang
nungguin. Lebih baik kubawa sekalian jalan2 di hari minggu. Selagi aku sibuk
ngantri, suami dan anakku duduk di bangku ruang sebelah penggilingan. Soalnya
di tempat penggilingan suaranya sangat bising oleh suara mesin disel penggilingan
besar yang sedang digunakan. Ternyata antrinya lama. Sampai pegal2 menunggu
giliranku.
Saat
menunggu antrian, aku heran kok ibu2 pada nambahin sebungkus atau beberapa
bungkus “sesuatu” di atas daging yang akan digiling. Beberapa butir telur juga
ikut ditaruh di atas bungkusan itu. Dipikir-pikir aku kayaknya perlu beli
tepung bakso dulu dan telur deh. Jadi akhirnya kubawa dagingku keluar dari
tempat penggilingan ke ruang samping tempat suami menunggu. Daging yang kubawa
ditimbang dulu dan dicincang untuk memudahkan penggilingan jangan lupa
dipisahkan antara daging yang bertulang dan daging mulus. Kebetulan di tempat
ini dijual tepung bakso berbumbu dan telur ayam sebagai campuran daging
gilingnya. Praktis deh tidak perlu membuat adonan tepung dan mencampur-campur
sendiri di rumah.
Sebelum ke tempat
penggilingan daging aku sempat berpikir setahuku, tepung bakso yang umum
digunakan namanya karagenan. Dimana belinya ya? Untung ada tepung bakso berbumbu
yang mereknya kalau ga salah SuperBakso. Jadi aku ga pusing nyari karagenan.
Pada
proses penghancuran daging ditambahkan bongkahan es batu. Gunanya biar daging
tidak panas dan matang di mesin penggilingan. Kayaknya gitu sich alasannya
kenapa menggunakan es batu pada saat menggiling daging sapi.
Setelah
selesai, aku pulang ke rumah. Adnan baksnya kubuat jadi 3 bagian : isi telur
puyuh, dicampur jamur, dan bakso biasa. Membulat-bulatkan adnan dagingnya hanya
dibentuk dengan tangan tidak pakai mesin pembulat. Kalau kata Pak Likku sich
biar praktis adonannya dibulatkan pakai mesin aja. Mesin pembulat bakso paling
hanya Rp 15.000 di rongsokan (wah!). Ga papalah pakai tangan, cuma sedikit kok.
Hasil baksonya jadi ga betul2 bulat dan sama ukurannya lah iya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar